Menitip (r)asa pada atap tertinggi Jawa (Bagian 1)
Semua orang pasti pernah terluka, dan setiap orang punya cara masing-masing untuk menyembuhkannya …
Begitu pula
aku
Malang
sedang dingin kala itu, tapi kami harus tetap berangkat, meninggalkan
kekhawatiran dalam benak Ibu.
Pukul 5.45
pagi aku dan Bapak menuju kediaman salah satu rekan (sebut saja MI) yang
berlokasi di Tumpang. Sebelumnya kami sudah sepakat untuk tukar motor karena
tidak memungkinkan membawa Yamichan ke Ranupane. Kami sampai di Tumpang sekitar
pukul 6.30 pagi dan segera mempersiapkan motor yang nantinya akan dipakai
Bapak. Tak ingin berlama-lama kami segera pamit untuk menuju meeting point di
salah satu klinik di daerah Poncokusumo. 10 menit kemudian kami sampai di salah satu klinik kesehatan yang sering menjadi jujugan para pendaki saat ingin mendaki
Semeru dan belum memiliki surat keterangan sehat. Pagi itu jalanan cukup ramai,
maklum hari itu memang hari pertama masuk sekolah setelah libur sekian lama.
Itu pula yang menjadi alasan kami tidak ingin berlama lama di rumah MI, MI
adalah seorang guru di sebuah sekolah menengah di Tumpang dan kami tak ingin
membuatnya terlambat masuk sekolah, hehhehe.
Setelah
mengurus surat keterangan sehat, aku pun memutuskan untuk sarapan bekal yang
sudah disiapkan dari rumah sembari menunggu anggota tim datang. Kami sepakat
untuk bertemupukul 7.30 di klinik supaya kami bisa segera berangkat ke Ranupane
dan memulai pendakian. Tapi yaa seperti yang kalian duga, mayoritas jam manusia
Indonesia adalah jam karet, haahaha. But it’s oke, aku punya banyak waktu untuk
menikmati makanan heuheu. Sekitar pukul 9 setelah seluruh tim lengkap dan
berkas administrasi terpenuhi, kami pun melanjutkan perjalanan ke Ranupane
menggunakan 4 motor. Yaaps 1 motor dinaiki 1 orang, kenapa begitu?? yaa karena masing-masing
dari kami harus ngebonceng carrier yang tidak ringan dengan medan jalan yang
aduhai nanjaknya wkwkwkw.
Setelah sampai
Ranupane dan menitipkan motor kami di tempat parkir. Aku pun mengurus
administrasi di loket perijinan, sedangkan tim yang lain menepi untuk istirahat dan juga sarapan. Saat itu sekitar pukul 10 dan kondisi loket
perijinan cukup ramai. Terlihat sebuah antrian berisikan kurang lebih 7 orang, akupun
ikut antri tanpa bertanya mereka sedang mengantri apa. Dan setelah sekian lama
mengantri, ternyata aku antri di loket yang salah pemirsah kwkwwwk. Jadi disana
ada 2 loket, loket sebelah kanan bertuliskan simaksi dan perijinan, loket
sebelah kiri bertuliskan tempat penukaran tiket. Ternyata, seharusnya aku ke
loket simaksi dan perijinan dulu, baru kemudian kami semua ikut briefing, dan
selanjutnya antri di loket penukaran tiket, baru deh kami bisa berangkat. Hahaha.
Tapi ya sudah, udah terlanjur mau gimana lagi, untung loket simaksi saat itu
sedang kosong dan tidak ada antrian. Cuuuss deehh ngisi berkas ini itu dan
lainnya.
Setelah mengisi
form simaksi, kami pun bersiap mengikuti briefing. Briefing dilakukan secara
bersama di sebuah aula yang cukup luas. Karna di dalam aula masih berlangsung
briefing kloter sebelumnya, kami pun harus menunggu kloter berikutnya. Hhhmmm. Sembari
menunggu giliran briefing, kami berinisiatif pack ulang carrier kami dan
membagi rata logistik juga tenda dan perlengkapan lainnya. Dan kejutan pun
kembali terjadi saat kami memeriksa ulang perlengkapan. Kami tidak membawa
nesting.!! Yaaps nesting kami tertinggal saudara-saudara, padahal kami sudah
harus segera berangkat.! Betapa kagetnya kami kala itu, bayangin ke gunung
tanpa membawa panci masak, apa ya mau makan beras mentah dicampur air?? Hahha.
Oke daripada
memperdebatkan nesting yang tertinggal, aku pun mengajak Bapak untuk mencari tempat
persewaan alat gunung di sekitar pos perijinan. Saat itu fokusku tertuju pada
sebuah toko yang menjual beberapa perlengkapan gunung dan pernak-pernik khas
Semeru. Kami pun bertanya, apakah disana menyewakan nesting, tapi ternyata mereka
hanya menjual perlengkapan gunung. Hhmmm. Setelah melewati beberapa
pertimbangan dan diskusi, akhirnya kami memutuskan untuk membeli nesting saja. Yaaassshh
nice sekali, semeru telah membuatku membeli satu set nesting padahal dana udah
nipis haahaha.
Setelah berbagai
drama terjadi, kami pun selesai menata ulang tas masing-masing dan segera
mengikuti briefing. Briefing berlangsung cukup lama, sekitar 40 menit, tapi
memang yang disampaikan cukup penting, apalagi untukku yang baru pertama kali
ke Semeru (dulu pernah sampai Ranu Kumbolo saja, ngga sampai atas). Waktu menunjukkan
pukul 11.40 saat kami selesai briefing. Sebentar lagi Dhuhur, pikirku. Kemudian
kami semua pun sepakat untuk sholat dhuhur terlebih dahulu sebelum memulai
perjalanan. Rekan tim bersiap sholat sedang aku mengantri untuk penukaran
tiket. Setelah semua selesai sholat dan bersiap serta memastikan tidak ada lagi
yang tertinggal, kami pun memulai perjalanan.
12.10 kisah kami dimulai ...
(bersambung...)
12.10 kisah kami dimulai ...
(bersambung...)
Komentar
Posting Komentar