Perihal Pulang

 



Sore itu langit mendadak berubah berawan.

"padahal masih agustus, kok udah mendung ya, apa masuk pancoba?" gumamku lirih yang kau respon dengan menengok ke arah jendela.
Kamu hanya tersenyum dan kembali menatap layar laptopmu, membiarkanku tenggelam dalam lamunan.
Sedari tadi perasaanku tidak tenang, ada sesuatu yang mengganggu namun aku gagal menafsirkannya.
Embun yang sedari tadi menetes dari gelas es Sakura Cream-ku semakin hilang, tanda kami sudah duduk berjam-jam berkutat dengan pekerjaan kami.

Ya, sejak memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius 8 bulan lalu kami semakin sering bertemu di sela-sela waktu pulang bekerja atau saat aku WFH. Entah sekedar membeli es kopi, berdiskusi soal rencana kami, atau mengerjakan pekerjaan masing-masing seperti yang kami lakukan saat ini.
"Bentar ya, aku ada meeting" ucapmu sambil memasang earphone wireless kado ulangtahun dariku 2 tahun lalu.
Aku hanya mengangguk, pikiranku kembali melayang ke antah berantah, mencari sebab dari gelisah.

"Risma, sepertinya aku harus pulang, kesehatan Okaasan drop lagi" ucapmu tiba-tiba, membuyarkan lamunanku.

"Hah? Mau pulang sekarang? Udah ya meetingnya?" Tanyaku yg masih berusaha mencerna kalimatnya.
"Kamu lagi banyak pikiran ya? Mau cerita nggak?" Seperti biasa kamu selalu mampu membaca gelagatku.
"Ngga tau, aneh rasanya, kayak ngga tenang tapi ngga tau kenapa" aku pun kembali melamun. 

Beberapa menit kami saling diam, berkubang dalam pikiran masing-masing.
Gerimis mulai turun dan semakin deras, aroma petrikor menyeruak.
Hujan pertama setelah kemarau panjang tahun ini.

"Ma, Kamu ikut aku pulang minggu depan ya? Sekalian aku ingin kenalin kamu ke Okaasan" kali ini kalimatmu berhasil menyeretku kembali pada kenyataan.
"Hah? Tapi kan?"
"Iya, kita sudah sepakat tahun depan pas kamu bisa ambil cuti. Tapi ini kondisinya beda Ma, kita harus temui Okaasan sebelum semua terlambat"

Deg! Jadi ini sebabnya

“Terus kerjaanku gimana Mas, kamu tau sendiri kan gimana kantor ku, WFH pun aku masih harus presensi ke kantor pas pagi, mana mungkin aku bisa ke Okinawa” tanyaku sekedar mencari alasan.
“Aku udah cek jadwal. Ada penerbangan ke Okinawa hari Jum’at sore, kita bisa berangkat setelah kamu presensi di kantor, hari itu kamu WFH kan? Hari minggu aku antar kamu ke Naha Airport, ada penerbangan jam 12 siang langsung ke Jakarta, malamnya kamu udah bisa sampai Bandung lagi. Tenang nanti aku bantu backup kerjaan kamu” tandasmu meruntuhkan raguku.

Aku kembali terdiam
Harusnya aku senang kan? ini artinya hubungan kami semakin jelas arahnya
Tapi kenapa aku ragu?
Apa kami benar-benar siap? apa kami akan mampu meyakinkan orangtua kami?
haaahhh... lelah sekali rasanya harus memperjuangkan restu (lagi)
Mengetahui bahwa aku kurang disukai saja sudah membuatku gusar
Apalagi harus berhadapan langsung dengan Okaasan, untuk pertama kalinya, tanpa pengenalan awal, bahkan mungkin beliau tidak tau kalau aku ada di dunia ini
haha, miris sekali

"Aku tau kamu ragu dan gasiap, it's oke, kita hadapi bareng-bareng ya" katamu berusaha menenangkanku.

Hujan mulai mereda, tapi isakku justru semakin deras
Bayang-bayang penolakan mulai melingkupiku
Berbagai suara bermunculan di kepala. Ketakutan, keraguan, kekhawatiran, semua berteriak satu sama lain. Berisik sekali.

Okaasan bisa dan mau terima aku kan Mas?


#fiksi #5cc #5ccday3


 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rinai

Terus kita gimana?