“Sial, Bunda pasti marah. Kenapa sih harus ada karnaval sampai malam.. Aarrggh” Dharma memacu motornya lebih cepat, namun ia masih jauh dari rumah. “Ttiinn tiiinn tiinn” sebuah mobil polisi menghentikan laju motornya. “Apa lagi ini Tuhan” gerutu Dharma, membayangkan raut Bunda yang diselimuti amarah dan kecewa, ia sudah janji akan ada di rumah maksimal pukul 10 malam. Dua orang polisi nampak keluar dari mobil. “Selamat malam, Dek” “Iya Pak, selamat malam. Ada apa ya?” Polisi mengamati Dharma lekat-lekat, melirik logo SMA yang melekat di jaketnya. “Bisa lihat surat-surat kendaraannya? Adek sudah punya SIM?” Dharma tiba-tiba gugup, menyesali keputusannya menggunakan jaket SMA. Pasti polisi mengira ia masih bocah. “Punya lah Pak, nih” Dharma menyodorkan SIM dan surat-surat kendaraannya yang langsung diteliti oleh salah satu polisi. “Kami amati adek memacu motor kencang sekali, Adek dari mana dan mau kemana?” ujar polisi berkumis sambil menyerahkan surat-surat kendaraan dan SIM, nampak leb