Merdeka Belajar

Kalau datangmu ke sekolah karena merasa belajar itu merupakan tugas dan kewajiban, atau hanya keterpaksaan, berarti kemungkinan kamu masih terjajah dan belum merdeka.

Merdeka belajar itu ketika belajar karena didasari kesadaran kritis untuk belajar.

Peer dan tugas seorang guru itu bukan sekedar "bagaimana biar siswa senang" (karna kalau patokannya siswa senang mereka jauh lebih senang saat jam kosong dan jajan dikantin pas jam pelajaran wkwkw
Peer dan tugas guru tuh bagaimana menumbuhkan kesadaran kritis siswa untuk belajar di kelas (I think it's really the hardest part)
Dengan cara apa?
Dengan cara menciptakan iklim kelas yg nyaman bagi siswa buat belajar
Dengan membangun kedekatan emosional dengan siswa
Dengan mengkreasikan pembelajaran yg menarik bagi siswa

Tapi seriously, ngomong doang tuh enak, teorinya juga gampang, tapi praktinya??? Masyaallaaahhh.. bikin RPP sama bikin bikin soal UH aja udah rieweeehh, bahkan di beberapa sekolah siswanya mau masuk kelas aja udah alhamdulillah
Salut buat Bapak Ibu Guru yg masih terus berjuang menumbuhkan kesadaran kritis siswa bagaimanapun kesulitannya
Daritadi ngomongin kesadaran kritis tp ga ngejelasin kesadaran kritis itu apa.. gimana siih :sweat_smile:

Jadi gini, menurut pemahamanku yg masih awam, intinya kesadaran kritis itu ketika kita melakukan sesuatu karna kita sadar bahwa kita memang perlu melakukan itu, kita perlu melakukan itu. Dan dalam melakukannya pun kita tak sekedar patuh pada prosedur, kalau ada kesalahan dalam prosedur itu kita berani untuk mengkoreksi dan memberikan solusi. Lebih lengkap tentang kesadaran kritis ini, mungkin bisa baca karyanya Paulo Freire yang di dalamnya dibahas mengenai macam macam kesadaran masyaralat yg dilihat dari kacamata kondisi saat itu dan akhirnya melahirkan teori-teori kesadaran kritis.  Actually I'm not capable enough to explain about it, i didn't read the Freire's books yet haha, I just read from anothe books, so let's discuss about it!


eehhh bentar, kalau guru ngerasa tugasya berat, berarti itu guru belum merdeka dong, belum mencapai kesadaran kritis?
Jadi begini saudara-saudara, menjadi guru itu bukan sekedar profesi, menjadi seorang guru itu tanggung jawabnya besar, kalau sampai salah mendidik pertanggung jawabannya dunia akhirat loh. Sebagai seorang manusia pasti adakalanya merasa kesulitan dengan kondisi yang dihadapi. Guru juga manusia yang bisa melakukan kesalahan, kadang juga perlu berkeluh kesah.
Trus apa dong bedanya guru merdeka sama bukan?
Bedanya ada pada apa yang dilakukan setelah berkeluh kesah. Guru merdeka akan intropeksi diri, mencari akar permasalahan, kemudian berusaha mencari solusinya. Jadi sambatnya bukan sekedar sambat tapi berdiskusi dengan rekan untuk mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi
begitcuuu ...
Jadi, mari sama sama belajar, mari memerdekakan diri dalam banyak hal. Merdeka belajar, merdeka bekerja, merdeka menjalani hidup
Kalau kata Fourtwnty "kita ini insan bukan seekor sapi"
But wait, lagi lagi jangan menelan mentah-mentah potongan syair itu biar ga sakit. Tetep dicerna yaa

Selamat memerdekakan diri



:heart:

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rinai

Gambar
Apa memang masing-masing dari kita punya "jatah keberuntungan" yang pada masanya akan habis? Yang orang tau hidupku nyaris sempurna, tapi bagaimana jika ternyata jatah keberuntunganku sudah habis? Sinopsis:  Hidup Rinai berjalan mulus dan nyaris sempurna, setidaknya hingga ia mulai merindukan bekerja di kantor seperti yang ia lakukan beberapa tahun lalu. Ia mulai merasa kesialan bertubi-tubi sedang senang menghampiri hidupnya. Puluhan lamaran pekerjaan yang nihil hasil, pernikahan bertahun-tahun tanpa buah hati, suaminya yang mulai sering keluar kota setelah mendapat promosi kenaikan jabatan. Lantas bagaimana jika tiba-tiba 2 kesempatan yang sangat ia tunggu-tunggu datang bersama namun hanya bisa ia pilih salah satu? 
Baca selengkapnya

Perihal Pulang

Gambar
  Sore itu langit mendadak berubah berawan. "padahal masih agustus, kok udah mendung ya, apa masuk pancoba?" gumamku lirih yang kau respon dengan menengok ke arah jendela. Kamu hanya tersenyum dan kembali menatap layar laptopmu, membiarkanku tenggelam dalam lamunan. Sedari tadi perasaanku tidak tenang, ada sesuatu yang mengganggu namun aku gagal menafsirkannya. Embun yang sedari tadi menetes dari gelas es Sakura Cream-ku semakin hilang, tanda kami sudah duduk berjam-jam berkutat dengan pekerjaan kami. Ya, sejak memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius 8 bulan lalu kami semakin sering bertemu di sela-sela waktu pulang bekerja atau saat aku WFH. Entah sekedar membeli es kopi, berdiskusi soal rencana kami, atau mengerjakan pekerjaan masing-masing seperti yang kami lakukan saat ini. "Bentar ya, aku ada meeting" ucapmu sambil memasang earphone wireless kado ulangtahun dariku 2 tahun lalu. Aku hanya mengangguk, pikiranku kembali melayang ke antah berantah, men
Baca selengkapnya

Terus kita gimana?

  “Mmmaaaaasssss kaappaaaann ppuuulllaaaaannggg?” kali ini panjang panjang kuketik pesan pada Mas, sengaja, sekedar untuk mencari perhatian. Sebuah pertanyaan yang kukirim nyaris tiap hari dan selalu dijawab “sabar dek.”  “Ya tapi sampai kapan hadeeehhh”, gerutuku sendiri sambil menatap layar ponsel yang tak kunjung memunculkan pesan balasan. Hujan bulan Desember membuatku enggan beranjak dari cafe meski semua deadline pekerjaan sudah aku selesaikan. “Mas kemana sih lama amat bales chat doang, ada meeting apa ya, apa lagi antar Okaasan periksa?” aku berbicara dengan diriku sendiri sambil menatap hujan yang masih turun sejak pagi. Ya, semenjak kedatangan kami ke Okinawa beberapa bulan lalu, Mas memutuskan untuk tinggal disana dan merawat Okaasan sampai beliau pulih. Aku pun kembali ke Bandung sendiri dengan perasaan campur aduk. Okaasan tidak membenciku, tapi juga tidak menunjukkan rasa suka terhadapku. Sikapnya memang hangat -setidaknya, untuk ukuran orang Jepang yang jarang basa-basi-
Baca selengkapnya