Belajar komitmen melalui pacaran, yakin?

  "Eeh guys, mau tanya dong" ucap seorang gadis bermata coklat melempar topik.

"Jangan tanya aneh aneh deh" timpal seseorang di sebelahnya.

"Ya gimana, bosen tau! Sedari tadi diem-dieman terus" protesnya, tidak terima diacuhkan. 

"Ya kan kita masih mengerjakan tuuggass" jawab 5 orang temannya bersamaan, sudah seperti tim paduan suara. 

"Emang mau tanya apa sih, Res?" tanya salah satu temannya, penasaran. 

"Bener ngga sih, meski udah pacaran bertahun tahun tapi lelaki itu bakal cenderung menikahi wanita yg ada dan dekat sama dia saat dia sudah siap?" ucap Resti memaparkan pertanyaannya 

"Terus, kalau gitu pacaran lama tetap tidak menjamin pasti akan dinikahi gitu"

"Yaa kurang lebih begitu. Belajar komitmen melalui pacaran itu hanya berlaku buat para perempuan, kalau laki laki maah …" jawab salah satu lelaki berambut ikal.

"Wooii woooiii woiii, jangan buka kartu doongggg" seru seorang lelaki berkacamata, memotong penjelasan temannya. 

"Sudah gapapa, mereka juga perlu tahu supaya tidak mudah dibodohi buaya darat!" ujar lelaki berambut ikal membela diri.

"Terus alasan laki-laki pacaran apa dong?" tanya gadis berambut pirang penasaran.

"Yaa.. apa yaa… biar ada yg memperhatikan, biar ada temen ngobrol atau chat pas bosan, biar ada yang bisa diajak nonton atau main, biar ada yang disay…" ucap lelaki berambut ikal yang langsung diserbu dengan ungkapan tidak terima teman teman perempuannya.

"Ya ga bisa gitu dong, masak ngga ada perasaan sama sekali" tanya gadis berambut pirang masih penasaran. 

"Ya ada lah kalau perasaan, cuman ya buat seneng seneng aja lah, males betul mikirin nikah, siap aja belum. Sudah lah, kalian fokus ke diri sendiri saja" lelaki berambut ikal berusaha menjelaskan supaya teman-teman perempuannya lebih realistis.

"Bentar, kamu ngga main main kan ke Rini, Lex?" todong Resti kepada lelaki berkacamata. 

"Ya engga lah, aku tuh serius sama Rini, minggu depan aku mau melamar dia, pokoknya kalian harus bantu supaya sukses!" Alex membela diri sambil memamerkan kotak berisi cincin yang baru dibelinya tadi siang.



Tanpa mereka sadari, percakapan mereka telah membuyarkan fokus Isna yang berada di meja sebelah. Laptopnya masih menyala menampilkan beberapa daftar pesanan baju di toko onlinenya. Matanya menerawang jauh, hati dan pikirannya tidak karuan. Meja yang ada di seberang mulai kosong, menyisakan bungkus makanan dan minuman.

"Mas ngga seperti itu juga kan?" batinnya.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rinai

Perihal Pulang

Terus kita gimana?