Kalau aku yakinnya sama Kakak, aku harus gimana?

 



“Siapapun berhak menyukai dan mendekatiku Kak, itu urusan mereka. Tapi kalau aku yakinnya sama Kakak, aku harus gimana?” pernyataan Prajna terus menerus berputar di kepala Pram. Helaan nada putus asa saat Prajna mengatakan kalimat tersebut semakin terdengar nyata dan lantang. Bayangan wajah teduh Prajna muncul bergantian dengan raut sedih gadis mungil itu. 
“Pram bodoh!!” Pram berteriak tertahan sambil memukul kepalanya sendiri berulang kali. Penyesalan dan rasa bersalah terus menerus menghantuinya. 

Sudah 3 hari Pram hanya berdiam diri di kamarnya. Ruangan 3x2 itu nampak berantakan. Buku-buku berserakan bersama botol minum yang telah kosong. Aroma apek dan lembab menyeruak akibat jendela dan pintu yang terus tertutup. Rambutnya nampak kusut, cekungan matanya menghitam, tubuhnya yang kurus semakin ringkih karena hanya mendapat asupan air mineral.
Pertemuannya dengan Prajna 4 hari lalu memaksanya untuk mengambil cuti. Jangankan berangkat kerja, untuk sekedar makan saja Pram tidak selera. Energinya habis, pikirannya kalut. Bahkan sejak kemarin ia belum tidur sama sekali.

Tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Pram.
Prajnaparamita. Nama yang tidak asing tersebut tertulis di layar ponsel.
“Kak, apakabar? Kakak baik-baik aja kan? Tiba-tiba perasaanku ngga enak, tapi aku ngga tau kenapa?”
Sontak Pram terkejut, bagaimana bisa Prajna tau kalau ia sedang tidak baik baik saja?
“Aman Na, i’m fine” balas Pram singkat, tak ingin Prajna curiga. Tak sampai semenit sebuah pesan kembali masuk.
“Beneran Kak? Maaf ya kalau aku ganggu, selamat istirahat”. Nampak sekali Prajna menjaga jarak darinya.
“Kenapa kamu masih bersikap baik Na?” Pram berteriak frustasi dan membanting ponselnya ke tempat tidur.

Pram sudah tidak tahan lagi, ia bergegas menyabet kunci mobil, membanting pintu, dan memacu mobilnya tergesa. 
Emosi Pram meledak, ia berteriak meluapkan semuanya. Raungannya beradu dengan deru mesin dan musik yang sengaja diputar keras-keras. Pedal gas diinjaknya semakin dalam, mengabaikan rambu-rambu kecepatan yg terpampang di kiri jalan.
Persetan soal laki laki ngga boleh nangis! Laki-laki juga manusia!

#fiksi #5CC #5CCDay2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rinai

Perihal Pulang

Terus kita gimana?